Senin, 10 Desember 2012

Analisis Kasus 1

Analisis Kasus
 Andrew Conley, "Dexter" di Dunia Nyata
Dampak Media Massa Terhadap Pembelajaran Sosial

4.1. Pendahuluan

     Pada abad ke-21 ini, teknologi dan ilmu pengetahuan sedang berkembang pesat dan mempengaruhi setiap bidang kehidupan. Tidak terkecuali dengan bidang komunikasi. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan telah melahirkan media massa yang setiap saat dapat mempengaruhi kehidupan dan persepsi masyarakat.  

Melalui berita-berita, film, maupun iklan-iklan komersial, media massa sangat berperan besar dalam membentuk pola hidup dan komunikasi masyarakat. Media massa dapat memberikan dampak positif dan negatif terhadap seseorang. Dampak positif yang diberikan dapat berupa ilmu pengetahuan. Namun media massa juga dapat memberikan dampak negatif seperti tindakan kriminal akibat kurangnya pengarahan dari keluarga atau orang-orang disekelilingnya. 

Berikut ini kita akan melihat salah satu contoh dari pengaruh media massa terhadap kehidupan seseorang. Tentunya contoh ini menampilkan satu contoh negatif dari dampak media massa dan publik disamping banyaknya dampak-dampak positif bagi masyarakat.


4.2. Andrew Conley, "Dexter" di Dunia Nyata

 
4.1. Andrew Conley
Video diatas menceritakan tentang Andrew Conley, seorang remaja Amerika berumur 17 tahun yang membunuh adiknya yang berumur 10 tahun, Conner Conley, karena dia merasa bahwa adiknya bersalah dan jahat.
Pada tanggal 28 November 2009 malam, Andrew melaporkan kepada kepolisian Georgia bahwa dia telah membunuh adiknya tersebut. Andrew sempat mengejutkan pihak kepolisian dengan pengakuannya itu. Andrew mengklaim bahwa dirinya serupa dengan Dexter, seorang serial killer, pemeran utam

a dalam serial Amerika, DEXTER.[1]
4.2. Serial Dexter
Tentunya kita sudah tidak asing lagi dengan serial “Dexter”. Serial ini mulai tayang di Amerika pada tahun 2006. Serial ini menceritakan tentang Dexter, seorang laki-laki yang sejak kecil memiliki sifat serial killer dalam dirinya. Pada umur 3 tahun dia diadopsi oleh seorang polisi Miami. Dexter akhirnya bekerja membantu kepolisian untuk menyelidiki kasus-kasus pembunuhan sebagai seorang analis yang menganalisa pola-pola percikan atau ceceran darah atau yang dikenal dengan  blood spatter pattern analyst[2]”. Di samping pekerjaannya di kepolisian, ternyata dia juga bekerja sebagai serial killer yang membunuh target-targetnya yang menjadi tersangka dari kasus-kasus yang dianalisanya. Dexter harus melakukan pembunuhan dengan sangat rapi dan tanpa kesalahan agar dia tidak dicurigai dan menjadi tersangka.


4.3 Teori "Social Learning" Albert Bandura


4.3. Albert Bandura dan Teori "Social Learning"
Teori “Social Learning” dikembangkan oleh Albert Bandura, seorang psikolog asal Mundare, Kanada. Melalui teorinya “social learning” atau “belajar social”, Albert mengatakan bahwa setiap manusia belajar melalui manusia lain melalui observasi, peniruan, dan pemodelan. Teori ini sering disebut jembatan antara behavioris dan teori pembelajaran kognitif karena meliputi perhatian, memori, dan motivasi.[3]





1. Dari Kondisi yang dialami orang lain / Conditioning/ Observasi

Kita dapat belajar social dengan cara memperhatikan kondisi orang lain. Melalui reward dan punishment kita dapat mengerti mana yang lebih baik kita lakukan atau tidaK. Jika kita melihat teman kita dimarahi oleh guru karena tidak mengerjakan tugas, maka kita mengerti bahwa kita harus mengerjakan tugas kita agar tidak dimarahi oleh guru kita.

 
2. Dengan meniru perilaku orang lain / Imitating

 Saat proses ini berlangsung, tidak ada respon “role model” kita. Kita cukup memperhatikan dan mempelajari kegiatan mereka. Pada proses ini, model dapat berupa pemeran atau visualisasi tiruan.
 
Menurut Bandura, dalam mempelajari sesuatu, manusia memerlukan model. Teori pembelajaran sosial berasal dari karya Albert Bandura yang mengusulkan bahwa belajar observasional dapat terjadi berkaitan dengan tiga model[4]:
1.    Model hidup: Tokoh yang ada dalam kehidupan nyata yang melakukan apa yang menarik untuk kita ikuti.
2.   Instruksi verbal: dimana seseorang mendeskripsikan sebuah tindakan dan mempengaruhi orang lain untuk melakukannya.
        3.    Simbolik: model yang berupa tokoh-tokoh imajinasi yang terdapat dalam media-media massa seperti film, serial, music, kartun. dll. 

Menurut Bandura, ada 4 langkah proses modeling, yaitu:

1.      Atensi (Perhatian) 
     Dalam mempelajari sesuatu, kita harus memperhatikan apa yang menjadi “role model” kita serta apa yyang dilakukannya sehingga dapat mengerti.



2.      Retensi (Ingatan)

Setelah memperhatikan, maka kita akan mengingat apa yang dilakukan. Hal ini termasuk pengkodean simbolis, gambaran mental, kognitif organisasi, latihan simbolis, latihan motorik.


3.      Reproduksi

Untuk mereproduksi apa yang sudah kita ingat, maka kita harus mengatur responnya terhadap model tersebut dengan mempraktikannya.


4.    Motivasi  

      Ada motivasi yang pada akhirnya akan mendorong kita untuk melakukan tidakan tersebut. Motivasi-motivasi dapat berbentuk harapan-harapan di masa lalu (behaviorisme tradisional), menjanjikan (insentif yang dibayangkan) dan perwakilan (melihat dan mengingat model yang patut ditiru). Hal ini dipengaruhi oleh reward dan punishment.

 
    
Bandura percaya pada “determinisme timbal balik”, yaitu lingkungan memang membentuk perilaku dan perilaku membentuk lingkungan, sedangkan behaviorisme dasarnya menyatakan bahwa lingkungan seseorang menyebabkan perilaku seseorang. Bandura, yang juga mempelajari “kenakalan” remaja, menemukan ini terlalu sederhana, dan di samping itu dia menyarankan bahwa perilaku lingkungan merupakan menyebabkan juga. Kemudian, Bandura segera menganggap kepribadian sebagai interaksi antara tiga komponen yaitu lingkungan, perilaku, dan proses psikologis seseorang.



4.3.  Analisa Masalah Melalui Teori "Social Learning"

Latar Belakang

Menurut analisis kami berdasarkan video di atas, latar belakang Andrew melakukan pembunuhan terhadap adiknya adalah karena kekagumannya terhadap tokoh Dexter yang diperankan oleh Michael. C. Hall. Dia merasakan bahwa dirinya adalah Dexter. Hal ini dikarenakan dia menjadikan karakter Dexter sebagai “role model”nya sehingga timbul keinginan untuk mengikuti tindakan karakter tersebut (imitating). Dexter adalah contoh dari model simbolik dari teori “belajar sosial” Albert Bandura.  


Faktor

Faktor – faktor penyebab pembunuhuan yang dilakukan Andrew Conley:


·  1. Adanya rasa kagum yang berlebihan terhadap tokoh fiksi dalam film Dexter, sehingga membuatAndrew ingin meniru perbuatan yang dilakukan tokoh tersebut.
    2. Kurangnya pengawasan, dampingan dan didikan dari orang tua saat penayangan dan pemilihan program televisi.
      3. Adanya khayalan yang tinggi.
      4. Situasi yang memungkinkan untuk melakukan apa yang selalu ingin Andrew lakukan sejak berusia 8 tahun, yaitu membunuh orang seperti tokoh Dexter.

Proses 

4.4. Andrew (kiri) dan alm. Conner (kanan)
Menurut pengamatan kami berdasarkan video di atas, saat pertama kali Andrew menonton serial Dexter,  Andrew langsung memperhatikan dan mengobservasi apa yang diperbuat Dexter dan langsung menjadikan karakter Dexter sebagai “role model”nya secara simbolik karena Dexter hanya karakter imajinasi yang ada di televisi. Kurangnya pengarahan dari orang tua membuat pikiran dan imajinasi Andrew terlalu bebas sehingga dia mengaggap bahwa dirinya seperti Dexter.

Andrew melihat apa yang diperbuat dan terjadi pada Dexter. Andrew mengamati apa yang dilakukan Dexter. Kemudian Andrew pun mulai untuk mengingat segala kegiatan yang dilakukan Dexter. Saat itu Andrew memasuki tahap resensi. Setelah Andrew mengingat pembunuhan-pembunuhan yang dilakukan Dexter, dia mulai memasuki tahap reproduksi dimana dia mulai mempraktikan pembunuhan itu terhadap adiknya. Dia melakukan proses imitating dimana dia meniru kelakuan Dexter.  Dengan motivasi ingin seperti Dexter dan karena merasa seperti Dexter, akhirnya Andrew membunuh adiknya dengan cara mencekiknya selama 20 menit. 

Andrew Conley membunuh adiknya dengan cara mencekik adiknya selama 20 menit. Setelah adiknya mati, dia pun memasukkan tubuh adiknya ke dalam kantong sampah lalu membuangnya ke taman di dekat rumah mereka. Setelah itu Andrew pergi ke rumah pacarnya dan menonton televisi.
 


Dampak 

Melalui kasus Andrew Conley, kita dapat mengetahui bahwa media massa memberikan dampak yang sangat besar kepada seseorang. Jika tidak ada control dari orang tua atau agama, maka akan memberikan dampak negatif kepada orang tersebut. Dampak-dampak yang terjadi melalui kasus Andy ini adalah:

4.5. Dexter holding knife

a.       Dampak Kognitif



Berupa pengetahuan yang masuk ke dalam pikiran Andrew. Andrew yang tadinya tidak tahu mengenai sosok Dexter dan cara-cara membunuhnya menjadi tau. Pikirannya pun berubah karena menganggap membunuh bukanlah hal yang salah.



b.      Dampak Afektif


4.6. Andrew diinterview oleh psikolog

               Dampak afektif yang mempengaruhi Andrew adalah kesukaannya pada hal-hal yang berbau kriminal seperti pembunuhan. Dia bahkan mengagumi sosok Dexter secara berlebihan. Serial Dexter telah mengubah kesenangan dan kesukaannnya kepada hal-hal yang tabu di mata masyarakat. Hal yang semakin parah adalah ketika Andrew merasa bahwa dirinya sama seperti Dexter.
 
              c. Dampak Konatif
                           
Dampak konatif adalah dampak terparah yang mempengaruhi Andrew karena pada akhirnya membuat dia membunuh adiknya sendiri tanpa rasa belas kasihan tanpa alasan yang jelas. Meski pun telah mendekam di penjara, dia masih sering menanyakan kelanjutan serial Dexter kepada sanak saudaranya melalui telepon. Serial Dexter telah membuat dia mengalami gangguan kejiwaan. Dia telah mencoreng nama keluarga dan nama baiknya sendiri.
 
4.4. Konklusi / Kesimpulan

Dari kisah Andrew Conley, seorang remaja yang terinspirasi oleh tayangan TV kesukaannya yang merupakan aksi pembunuhan. Tentu saja dari sisi media , terkadang tidak ada proteksi yang ketat yang dilakukan oleh media dalam penayangan acara di TV, sehingga mempengaruhi dan membawa dampak yang sangat buruk, terutama terhadap remaja yang menyaksikan tayangan yang negative dapat secara tidak langsung  mempengaruhi mereka. Tentu saja  melalui kisah ini kita dapat tau, bahwa lambat laun moral anak bangsa juga akan menjadi rusak apabila penayangan seperti ini dibiarkan untuk disaksikan bahkan untuk anak dibawah umur. Banyak sekali dampak negative yang ditimbulkan , diantaranya, sifat mereka yang terpengaruh oleh apa yang mereka saksikan , cara atau gaya hidup mereka otomatis berubah, anak-anak yang dulunya baik, berpeluang menjadi anak-anak yang jahat dengan pemikiran-pemikiran yang criminal seperti apa yang mereka saksikan ,dll. Seperti halnya terjadi kepada Andrew yang pada dahulunya merupakan anak normal, berubah menjadi anak yang keras dan kriminal, tentu saja ini membawa dampak yang sangat buruk utuk generasi bangsa .

4.5. Daftar Pustaka  



              Retrieved on: December 10, 2012


              Retrieved on: December 10, 2012




 Gambar 4.1 : http://www.komonews.com/news/national/78523612.html, December 4, 2009

                        Retrieved on: December 10, 2012

Gambar 4.2 : http://www.awardscircuit.com/2012/09/01/, September 1, 2012

                        Retrieved on: December 10, 2012


                        Retrieved on: December 10, 2012


                        Retrieved on: December 10, 2012


                        February 16, 2011; retrieved on: December 10, 2012

Gambar 4.6: http://article.wn.com/view/2009/12/08/Conner_Conley_Teenage_murder_suspect_Andrew_Conley_felt_like/, September 16, 2010; retrieved on: December 10, 2012
 

Senin, 01 Oktober 2012

MODEL KOMUNIKASI (Gudykunst dan Young Yun Kim)

MODEL KOMUNIKASI

Gudykunst dan Young Yun Kim

Definisi



2.1 Karya Gudykunst dan Kim
Model komunikasi menurut William  B.Gudykunst dan Young Yun Kim[1] merupakan model komunikasi antarbudaya, yakni komunikasi antara orang-orang yang berasal dari budaya berlainan, atau komunikasi dengan orang asing (stranger).
Sebenarnya, istilah "intercultural communication" pertama kali diperkenalkan oleh Edward T. Hall pada tahun 1959.
Pada tahun 1983, melalui bukunya  yang berjudul "Communicating with Stranger: An Approach to Intercultural Communications", Gudykunst dan Kim memperkenalkan tema pertama tentang  "teori komunikasi antar budaya" Intercultural Communication[2] .



Communicating with strangers: An approach to intercultural communications


2.2 Young Yun Kim
2.3 William B. Gudykunst












Tujuan komunikasi antar budaya



Berikut ini adalah tujuan dari komunikasi antar budaya, yaitu:

  • Memahami perbedaan budaya yang mempengaruhi praktik komunikasi.
  • Mengkomunikasi antar orang yang berbeda budaya.
  • Mengidentifikasikan kesulitan – kesulitan yang muncul dalam komunikasi.
  • Membantu mengatasi masalah komunikasi yang disebabkan oleh perbedaan budaya.


Contoh komunikasi interkultural 

Gambar 2.4

PROSES KOMUNIKASI

Gambar 2.5

Elemen-elemen proses komunikasi

1.     Pengirim (sender/encoder)= orang yang memberikan pesan
2.     Penerima (receiver/decoder)= sasaran/tujuan/penyandi balik
3.     Pesan (messsage) = sesuatu yang disampaikan atau dikomunikasikan
4.     Umpan Balik (feedback


Faktor-faktor yang mempengaruhi proses komunikasI (FILTER-FILTER KONSEPTUAL)

Menurut Gudykunst dan Kim[3], ada 4 filter konseptual yang mempengaruhi kita dalam berkomunikasi (melakukan penyandian pesan dan penyandian balik pesan), yaitu:

2.6 Pengaruh Faktor Budaya
1.     Faktor budaya: meliputi faktor-faktor yang menjelaskan kemiripan dan perbedaan budaya. (Agama, budaya, sikap, bahasa).
     Contoh: Ketika kita harus memilih mau peduli dengan individu atau dengan kelompok.
2.     Faktor sosiobudaya: Pengaruh yang menyangkut proses penataan sosial.
    ( keanggotaan, kelompok, konsep diri, ekspektasi diri)
     Contoh: Jika kita menjadi ketua dalam suatu organisasi, tentunya konsep diri dan ekspektasi diri kita sangat tinggi.
3.     Faktor psikobudaya: Mempengaruhi proses penataan pribadi (stereotip dan sikap)
     Contoh: Etnosentrisme (menafsirkan perilaku orang lain dengan pemikiran diri sendiri dan ingin orang lain berlaku sama seperti kita).
4.     Faktor lingkungan: mempengaruhi persepsi kita akan lingkungan.  (lokasi geografis, iklim, situasi arsitektural, persepsi atas lingkungan).
     Contoh: Seorang Amerika Utara dan seorang warga Kolombia yang memiliki cara pandang berbeda tentang ruang keluarga.. (Bagi orang Amerika ruang keluarga adalah tempat berkumpul dan bercanda (informal), bagi orang  Kolombia, ruang keluarga adalah tempat formal).

TERJADINYA PROSES KOMUNIKASI 

Menurut gambaran model komunikasi Gudykunst dan Kim[4], kedudukan sender/decoder dengan receiver/decoder sama. Pribadi A dan probadi B dapat berperan sebagai pengirim sekaligus penerima. Masing-masing pribadi dapat melakukan penyandian pesan sekaligus penyandian balik pesan.  Pesan suatu dari pribadi A dapat juga menjadi umpan balik bagi pribadi B. Begitu pula sebaliknya.
Dalam penyampaian pesan, ada factor-faktor yang mempengaruhi sang receiver untuk menanggapi pesan itu. Faktor-faktor tersebut berupa filter-filter konseptual yang terdiri dari faktor budaya, sosiobudaya, psikobudaya, dan lingkungan.    
Menurut Godykunst dan Kim, penyandian pesan dan penyandian-balik pesan merupakan proses interaktif yang dipengaruhi oleh filter-filter konspetual yang dikategorikan menjadi faktor-faktor buday, sosiobudaya, psikobudaya dan faktor lingkunga. Lingkaran paling dalam, yang mengandung interaksi antara penyandian pesan paling dalam, yang mengandung interaksi antara penyandian pesan dan penyandian pesan balik pesan, dikelilingi tiga lingkaran lainnya yang merepresentasikan pengaruh budaya, sosiobudaya, dan psikobudaya. Ketiga lingkaran dengan garis putus-putus mencerminkan hubungan faktor-faktor yang tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi.

Lingkungan merupakan salah satu unsur yang melengkapi model Gudykunst dan Kim. Garis putus-putus yang melambangkan Lingkungan merupakan pembuktian bahwa lingkungan tersebut bukanlah daerah tertutup atau terisolasi. Lingkungan mempengaruhi kita dalam menyandi dan menyandi balik pesan. Lokasi geografis, iklim, situasi arsitektual (lingkungan fisik). Dan persepsi kita atas lingkunga tersebut mempengaruhi cara kita menafsirkan rangsangan yang datang dan prediksi yang kita buat mengenai perilaku orang lain.



Positif dan negatif

                          Positif
Negatif
Menambah pengetahuan antar budaya
Sering muncul kesalahpahaman
Memperbesar toleransi antar budaya
Dapat memicu terjadinya konflik
Memperluas pergaulan
Tidak ada media

-->

Konklusi / kesimpulan

Model komunikasi Gudykunst dan Kim membuat kita dapat mengenal budaya lain secara lebih dalam. Dengan komunikasi Gudykunst and Kim ini juga kita dalam mempelajari dan mengetahui latar belakang suatu budaya , agama , suku , lingkungan , pendidikan , dll . Akan tetapi model komunikasi ini seringkali menimbulkan kesalahpahaman dan konflik akibat perbedaan latar belakang budaya.

REFERENSI:



[1] Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi. Bandung: Rosda, 2011, halaman. 169
Retrieved on September 28, 2012
Retrieved on October 1, 2012
[3]Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi. Bandung: Rosda, 2011, halaman. 171
Retrieved on September 28, 2012
[4]Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi. Bandung: Rosda, 2011, halaman. 169-171
Retrieved on September 28, 2012

 
GAMBAR:
2.1